Simfoni Dalam Diri

Ada sebuah institusi sosial yang menyelamatkan peradaban dalam waktu lama sedang mengalami keruntuhan. Institusi itu bernama "KELUARGA". Disebut menyelamatkan peradaban karena di keluarga kita lahir, bertumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati. Lebih dari itu, di keluarga juga sebagian besar KEKURANGAN DISEMPURNAKAN. Bersamaan dengan runtuhnya bangunan keluarga, melalui perceraian, membuat RESPECT masyarakat menurun, dan semakin mininnya tokoh yang menjadi contoh dalam hal ini.

Dimana-mana kehidupan ditandai oleh lingkungan yang semakin panas. Di kantor panas oleh perebutan kekuasaan, di jalan panas oleh kemacetan, bahkan sebagian tempat ibadahpun sudah mulai kekurangan kesejukan. Sejumlah media cetak, radio, dan televisi hanya memberitakan sesuatu yang "PANAS". Yang SEJUK-SEJUK tidak termasuk dalam klasifikasi BERITA. Jadi, tidak terbayangkan panasnya wajah peradaban. Disatu sisi cuaca diluar memanas, disisi lain sisi keluarga mulai kehilangan atap yang menyejukan.

Lahan penerimaan ketika sayur-sayuran ditanam kemudian gagal bertumbuh segar, manusia otomatis mencari sebabnya, dan mengingat lagi kesalahan apa yang mungkin telah dilakukan. Namun, begitu berhadapan dengan orang lain, bukanya berintrospeksi sebagai mana yang terjadi pada kasus sayuran diatas. Serupa dengan logika sayuran tadi, mari kita mencari sebab-sebab dalam diri yang membuat semua ini terjadi. Bila diandaikan dengan daun kelapa yang bergoyang, goncangan kehidupan manusia sekarang memang jauh lebih keras. Bahayanya, sudahtambah berguncang kemudian berpegangan pada sesuatu yang bergoyang kencang. Didalam diri, manusia labil oleh ketersinggungan, kemarahan, dan kecemburuan.

Pada saat yang sama nyaris semua hal luar, termasulk rumah dan keluarga, mengalami guncangan-guncangan. Oleh karena itulah, membangun keluarga yang sejuk menjadi sebuah isu penting. Sebagaimana rumah sesungguhnya, kekokohannya bergantung pada seberapa kuat fondasinya. Bila boleh jujur, kenapa banyak fondasi rumah sebuah keluarga menjadi demmikian keroposnya????

Jawabanya adalah karena semua itu dimulai dengan KESERAKAHAN,hanya mau KELEBIHAN,dan MENOLAK KEKURANGAN. Belajar dari sinilah maka penting menata ulang rumah keluarga dengan belajar saling menerima kekurangan. Rumah manapun akan indah menawan bila setiap kali pulang kerumah kita saling menyirami. Seperti pohon yang kekeringan dimusim kemarau --- konflik di kantor, macet di jalan ---. Demikianlah keadaan emosi tatkala pulang kerumah. Betapa indahnya bila kita saling menyirami dengan menerima kekurangan masing2.

Inilah bibit cinta yang MENAWAN. Cinta yang mekar dari kesadaran bahwa semua punya kekurangan, semua membutuhkan siram-siraman. Mengalir bersama simfoni. Sulit membayangkan mekarnya bunga-bunga cinta kalauhubungan dimulai dengan harapan orang harus sempurna. Sebagaimana alam yang memeluk dualitas sama mesranya, musim hujan rumput menghijau,musim kemarau bunga-bunga bermekaran, cinta baru mulai tumbuh dalam totalitas. Dalam kelebihan ada kekurangan, dalam kekurangan ada kelebihan. Kebanyakan kecelakaan kehidupan --- Perceraian,peperangan,perkelahian,kerusuhan --- berasal dari mau menerima KELEBIHAN dan tak mau menerima KEKURANGAN.

Bila ada seribu kaki berkumpul, kemudian ditanya siapa yang mau menerima KECANTIKAN dan KEBAIKAN istri????
Kemungkinan besar semua orang akan angkat tangan. Namun bila ditanya siapa yang mau menerima *maaf* KECEREWETAN dan KEKERASAN sang istri,jika ada yang angkat tangan, dengan mudah akan dituduh kurang waras atau sekurang-kurangnya menjadi dewan ketua dari ISTI (Ikatan Suami Takut Istri).

Ditengah hamparan bahan-bahan kosmik seperti inisuatu sore seorang putri bertanya kepada papanya tentang rumah...terutama setelah ia lelah mencarinya.

Papanya berbisik,"rumah indah itu KEHIDUPAN bukan TEMPAT, ia adalah perjalanan itu sendiri. Siapa yang mengalir penuh harmoni dalam keseharian,ia sudah sampai dirumah."

Enggan dengan jawaban tadi putrinya bertanya lagi, "apa cahaya peneranganya agar rumah ditemukan?????"

Dengan lembut papanya berbisik, "The light is not outside. It is within ur love. Those who are full of love see light anywhere."