Me time for better we time

Sewaktu masih single, seringkali orang memiliki fantasi betapa senangnya kalau punya pasangan idaman hati. Betul tidak?
Tapi, setelah pacaran mulai terasa “kok pasangan lebih suka menghabiskan waktu sama temannya ya?” “kok pasangan lebih perhatian sama mobilnya” “kok pasangan lebih perhatian sama kerjaannya?” dan sejuta “kok” lainnya. Yah, jangan heran karena setelah menikah puluhan tahun pun akan selalu ada “kok begini kok begitu”-nya kok. Karena dalam setiap tahap hubungan tentu saja akan ada perubahan.
Apa yang bisa dilakukan meskipun dengan adanya perubahan, hubungan tetap bisa berjalan dengan bahagia . Salah satunya adalah dengan punya waktu berkualitas dengan diri sendiri. Sesederhana itu? Iya. O iya untuk memudahkan selanjutnya akan gunakan kata "me time" saja ya.
Seringkali dalam sebuah hubungan dimana “saya”, “kamu” menjadi “kita”, pasangan suka melupakan masih ada “saya” dan “kamu”. Padahal waktu “saya” dan waktu “kamu” juga penting dalam hubungan. Menurut psikolog Terri Orbuch, memiliki waktu berkualitas dengan diri sendiri di dalam sebuah perkawinan justru lebih penting ketimbang memiliki kehidupan seks yang baik.
Meskipun terdengarnya mudah, tetapi pelaksanaannya tidak selalu semudah itu lho kawan. Kenapa tidak mudah?
Menurut Orbuch, "me time" terkait dengan gaya attachment teman2. Jika teman2 memiliki gaya attachment yang secure, teman2 akan lebih nyaman untuk memiliki waktu untuk diri sendiri. Tetapi, untuk beberapa teman yang lain, ide untuk “sendiri” atau mengijinkan pasangan untuk menghabiskan waktu bersama teman atau hobi tanpa dirinya bisa jadi sesuatu yang menakutkan.
Apapun gaya attachment teman2, perlu diingat bahwa peran “kita” dalam suatu hubungan sama pentingnya dengan “saya” dan “kamu”. Bahayanya kalau “kita” dominan, ada ekpektasi bahwa pasangan adalah satu-satunya orang yang memberi kebahagiaan, dan lama kelamaan seseorang bisa kehilangan identitas dirinya. Apapun yang dilakukan hanya didasari atas persetujuan pasangan atau selama ada pasangan. Pasangan juga bisa mejadi merasa terbebani dengan ekspektasi, yang bisa saja tidak konkrit atau terlalu ideal. Padahal salah satu ciri hubungan yang sehat adalah memberi kesempatan pasangan untuk mengembangkan diri sendiri juga. Dengan mengembangkan diri sendiri, kepercayaan diri meningkat yang akan terbawa dalam hubungannya juga sehingga teman2 menjadi tidak mudah cemas dan takut. Lebih jauhnya lagi, anak yang percaya diri juga tumbuh dari orang tua yang percaya diri dalam mengasuh anak.
Masalah lain yang juga muncul adalah ketika waktu “saya” jadi lebih banyak ketimbang waktu “kita”-nya. Jika sewaktu pacaran saja sudah menjadi masalah, apalagi ketika menikah dengan masalah yang lebih kompleks. J Biasanya perempuan lebih banyak membutuhkan waktu untuk diri sendiri ketimbang laki-laki.
Meskipun "me time" penting, namun, ada aturan mainnya, yaitu:
Pastikan bahwa teman2 dan pasangan sama – sama menyadari pentingnya "me time" sebagai salah satu cara untuk tingkatkan kualitas "we time"
Waktu untuk diri sendiri tidak dipergunakan sebagai pelarian dari masalah, tetapi sebagai cara untuk lebih mengenal dan mengembangkan diri sendiri.
Waktu berkualitas dengan diri sendiri harus dinikmati. Jangan sampai saat sedang memanjakan diri di salon atau mengutak – atik mobil, teman pranikah malah merasa bersalah kepada pasangan. Untuk itu, …
Jujur dan bicarakan secara terbuka dengan pasangan. Kapan teman pranikah membutuhkan waktu untuk sendiri, kemana, bersama siapa. Mandiri bukan berarti teman2 perlu berbohong atau menutup-nutupi.
Gunakan kata “sabtu nanti aku ingin pergi sama teman-temanku ke resto ya sayang” ketimbang “aku lagi butuh waktu sendiri sama teman-temanku”. Meskipun terdengarnya mirip tetapi efeknya bisa beda.
Setiap pasangan memiliki pertimbangannya sendiri mengenai kapan dan berapa lama waktunya. Karena itu mengkomunikasikan kebutuhan untuk diri sendiri juga jadi penting. Sekalian belajar untuk negosiasi karena pada saat menikah nanti dan memiliki anak bisa saling membantu untuk penuhi kebutuhan ini. Misalnya, saat teman2 memanjakan diri ke salon, pasangan menjaga anak di rumah dan bisa bergantian waktunya dengan pasangan.
Jadi, memiliki waktu berkualitas untuk diri sendiri bisa membuat teman pranikah menjadi lebih santai, lebih bisa diandallkan dalam hubungan dan tentu saja memperkuat hubungan teman2. Untuk yang alami situasi “kok” di atas, yuk ajak pasangan untuk diskusi. Ingatkan bahwa me-time penting dan ada aturan mainnya.